Minggu, 31 Mei 2009

“BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB I
PENDAHULUAN

Setiap pasangan suami-istri tentu mendambakan bayi mereka lahir normal, yaitu berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.Namun, ada kalanya keinginan tersebut tidak terwujud, misalnya bayi lahir kurang bulan atau bayi berat lahir rendah (BBLR). Kenyataan ini sebetulnya jangan menjadikan orang tua patah semangat, karena kemajuan teknologi kedokteran dan didukung kemauan keras orang tua yang memiliki BBLR, maka bayi itu dapat bertahan hidup.
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian: pertama, BBL sangat rendah bila kahir berat lahir kurang dari 1.500 gram, dan kedua, BBLR bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram.
Penyebab BBLR sangatlah multifaktorial, antara lain asupan gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, dan lainnya.Pada saat persalinan, BBLR mempunyai risiko kurang menyenangka, yaitu asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit setelah lahir. Hal itu diakibatkan faktor paru yang belum matang. Risiko lainnya adalah hiportemia (suhu tubuh 6,5 167 C). Karena itu, perhatian dan pelayanan atau perawatan BBLR dimulai sejak lahir dan sebaiknya persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di puskesmas, rumah sakit, atau rumah sakit bersalin.
Perawatan BBLR
Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus selalu dijaga kehangatan tubuhnya. Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat atau alat pemancar panas.Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal.Namun, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sangat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus (bayi kuning)BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal.Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam bulan pertama.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Bayi badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500gram disebut premature. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weigth Infants (BBLR). Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:
1. Prematuritas murni.
Bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).
2. Dismaturitas.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam paterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK). Neonatus ukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).

B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
Penyakit yang brhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikoogis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. Hipertensi, kelainan uterus inkopetensi cerviks, infeksi saluran kemih, ketuban pecah dini juga dapat menjadi faktor BBLR.
b. Usia Ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20 tahun, dan multi gravidayang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan social ekonomi
Keadaan ini sangat berparanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik ( malnutrisi ) dan pengawasan antenatal yang kurang demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
d. Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alcohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor janin.
Hidramion, kehamilan ganda/kembar, kelainan kromosominfeksi, , cacat bawaan, arteri umbilikalis tunggal, dan polihidramnon,

3. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup ulan atau premature disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehmilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gr. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering malahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada dibawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang apling sering terjadi pada masa kehamilan. Ibu hamil pada umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metbolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang di lahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

D. Manifestasi klinis
1. Fisik
· Bayi kecil
· Pergerakan kurang dan masih lemah
· Kepala lebih besar dari pada badan
· Berat badan < 2500 gr
2. Kulit dan kelamin
· kulit tipis dan transparan
· lanugo banyak
· rambut halus dan tipis
· genitalia belum sempurna
3. sistem saraf
· reflek moro
· reflek menghisap, menelan, batuk belum sempurna
4. system muskulus skeletal
E. Pemeriksaaan Penunjang
Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan analisa gas darah.
F. Komplikasi
Komplikasi dari BBLR diantaranya:
1. Bayi prematur: asfiksia, sindroma gawat nafas neonatus, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, hiper-bilirubinemia, pendarahan peri-intraventrikuler, pendarahan paru dan enterokolitis nekrotikan.
2. Bayi kecil masa kehamilan: hipoglikemia, asfiksia, infeksi, aspirasi mekoneum, polisitemia, hiperbilirubinemia dan kelainan kongenital.
G. Penatalaksanaan
1. Prematuritas murni:
a. Berat lahir kurang dari 1500 gram
o Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5 – 37 C
o Bila tidak ada SGNN dapat diberi minum per oral susu rendah laktosa/ ASI dengan menghisap sendiri atau dengan pipa nasogastik. Bila tidak dapat memenuhi semua kebutuhan peroral, maka diberikan sebanyak yang dapat ditoleransi lambungnya dan sisanya diberikan dengan IVFD.
b. Berat lahir lebih dari 1500 gram
o Tampa asfiksia, tidak ada tanda- tanda SGNN dan reflek isap baik rawat gabung dengan metode kangguru dan langsung diberi ASI / LLM
2. Dismatur
a. Berat lahir kurang dari 1500 gram
o Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5 – 37 C
o Bila reflek isap baik dan tidak ada SGNN dan reflek isap baik langsung diberi minum LLM/ ASI per oral lebih dini (2 jam setelah lahir). Bila reflek isap kurang diberikan minum melalui pipa nasogastrik.
b. Berat lahir lebih dari 1500 gram
o Tanpa asfiksia, tidak ada tanda- tanda SGNN dan reflek isap baik rawat gabung dan langsung diberi LLM/ ASI lebih dini (2 jam setelah lahir)
3. Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan kecil untuk masa kehamilan. Penatalaksanaannya sama dengan bayi prematur dengan berat lahir kurang dari 1500 g.
Tindak lanjut:
1. Observasi ketat tanda- tanda vital dan kemampuan minum serta pertambahan berat badan
2. Awasi komplikasi yang mungkin timbul: hipotermia, hipoglemia, hipocalsemia, polisitemia, hiperbilirubinemia, perdarahan peri-intra ventikuler, perdarahan paru dan enterokolitis nekrotikan dan infeksi.
3. Pastikan komplikasi yang dicurigai dengan pemeriksaan penunjang:USG transontantanela (perdarahan peri-intra ventrikuler)
ü Dextro stick (Hipoglikemia)
ü Hematokrit (Polisitemia)
ü Kadar bilirubin
ü Darah rutin dan CRP (infeksi)
Indikasi pulang:
Bayi sudah dapat minum secara adekuat sesuai dengan kebutuhan dan tidak ada komplikasi

H. Askep Pengkajian
1. Tanda-tanda anatomis:
· Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis).
· Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
· Pada bayi laki-laki testis belum turun.
· Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol.
2. Tanda fisiologis
· Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
· Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.
Penyebabnya adalah :
ü Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.
ü Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu.
· Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang
I. Langkah Diagnosis
1. Timbang berat bayi
2. Tentukan masa gestasi (hari pertama haid terakhir, skor Ballard)
3. Tentukan bayi sesuai masa kehamilan atau kecil masa kehamilan dengan menggunakan kurve pertumbuhan dan perkembangan intra uterin dari Battalgia dan Lubchenco (1967)
o Masa gestasi < 37 minggu prematuritas murni
o Masa gestasi > 36 minggu? Dismatur
o Masa gestasi < 37 dan berat lahir kurang untuk masa gestasi tersebut? gabungan keduanya
4. Cari faktor atau penyebab / resiko yang mendasari
J. Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler.
2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan.
F. Rencana asuhan keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Perencanaan

1.
Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dn neuro muscular
Pola nafas efektif .
Kriteria Hasil :
RR 30-60 x/mnt
Sianosis (-)
Sesak (-)
Ronchi (-)
Whezing (-)
1. Observasi pola Nafas.
2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
3. Observasi adanya sianosis.
4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
5. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
6. Beri O2 sesuai program dokter
7. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
9. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.


2
Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh.
Suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
Suhu 36-37 C.
Kulit hangat.
Sianosis (-)
Ekstremitas hangat.
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Tempatkan bayi pada incubator.
3. Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
4. Monitor tanda-tanda Hipertermi.
5. Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
6. Ganti pakaian setiap basah.
7. Observasi adanya sianosis.

3.
Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
1. Suhu 36-37 C
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Leukosit 5.000 – 10.000
1. Kaji tanda-tanda infeksi.
2. Isolasi bayi dengan bayi lain
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
4. Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
5. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
6. Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril.
7. Kolaborasi dengan dokter.
8. Berikan antibiotic sesuai program.

4.
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna)
Nutrisi terpenuhi setelah
Kriteria hasil :
1. Reflek hisap dan menelan baik
2. Muntah (-)
3. Kembung (-)
4. BAB lancar
5. Berat badan meningkat 15 gr/hr
6. Turgor elastis.
1. Observasi intake dan output.
2. Observasi reflek hisap dan menelan.
3. Beri minum sesuai program
4. Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.
5. Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
6. Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
7. Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
8. Timbang BB setiap hari.

5
Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria hasil :
1. Suhu 36,5-37 C
2. Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit.
3. Tanda-tanda infeksi (-)
1. Observasi vital sign.
2. Observasi tekstur dan warna kulit.
3. Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic.
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
5. Jaga kebersihan kulit bayi.
6. Ganti pakaian setiap basah.
7. Jaga kebersihan tempat tidur.
8. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.
9. Monitor suhu dalam incubator.

6.
Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan kondisi krisis.
Cemas berkurang
Kriteria hasil :
Orang tua tampak tenang
Orang tua tidak bertanya-tanya lagi.
Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan.
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua
2. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.
3. Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya.
4. Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua.
5. Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian: pertama, BBL sangat rendah bila kahir berat lahir kurang dari 1.500 gram, dan kedua, BBLR bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram.
2. Penyebab BBLR sangatlah multifaktorial, antara lain asupan gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, dan lainnya.
3. Manifestasi Klinis
1. 1. Fisik
· Bayi kecil
· Pergerakan kurang dan masih lemah
· Kepala lebih besar dari pada badan
· Berat badan < 2500 gr
2. Kulit dan kelamin
· kulit tipis dan transparan
· lanugo banyak
· rambut halus dan tipis
· genitalia belum sempurna
3. sistem saraf
· reflek moro
· reflek menghisap, menelan, batuk belum sempurna
4. system muskulus skeletal
1. 4. Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan analisa gas darah.
5. Komplikasi yang sering ditemukan adalah asfiksia.
6. Diagnosa keperawatan yang utama yaitu tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler.
DAFTAR PUSTAKA

http://italina89.wordpress.com/2008/05/27/penyakit-pada-bayi-baru-lahir/
http://lensakomunika.blogspot.com/2008/05/askep-bblr.html
http://arie-asuhankeperawatan-arie.blogspot.com/2008/01/berat-bayi-lahir-rendah.html\
http://www.idai.or.id/hottopics/detil.asp?q=71
http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan.html

Tidak ada komentar: