Minggu, 31 Mei 2009

“RABIES”

BAB I
PENDAHULUAN


Satwa, seperti halnya manusia, tidak terbebas dari penyakit. Ini berlaku bagi satwa piaraan atau satwa liar yang hidup bebas di alam ataupun dalam kandang, seperti di kebun binatang. Berbagai penyakit dapat ditemukan, dari yang patogen hanya terhadap satwa itu sendiri hingga yang dapat menular ke manusia. Dalam dunia kedokteran dikenal istilah penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari satwa kepada manusia dan sebaliknya. Zoonosis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit (endoparasit atau ektoparasit), serta jamur. Lebih dari 34 jenis penyakit menular yang dikategorikan zoonosis telah diidentifikasi oleh ahli penyakit hewan.

Zoonosis pada hewan domestik
Penyakit zoonosis dapat ditularkan oleh hewan domestik (yang telah dijinakkan dan dikembangbiakkan sebagai hewan ternak atau hewan piaraan) dan oleh satwa liar. Kasus terbaru yang menghebohkan adalah avian influenza, yang penyebarannya melalui unggas.
Kasus yang tidak kalah penting adalah munculnya antraks di daerah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, yang menyerang kambing dan domba. Penyakit antraks menyerang berbagai jenis hewan, seperti sapi, kambing, domba, babi, kuda, kucing, dan burung unta.
Contoh lainnya adalah rabies, salah satu penyakit zoonosis yang sudah dikenal masyarakat dari zaman dulu dan biasa terjadi pada orang yang terkena gigitan anjing yang positif terhadap penyakit ini. Dulu penyakit tersebut menjadi momok bagi masyarakat, terutama di pedesaan, yang populasi anjing liarnya masih sangat banyak.
Zoonosis pada satwa liar
Cara yang paling mudah untuk melihat berbagai jenis satwa liar adalah ke kebun binatang. Di sanalah kemungkinan paling dekat terjadinya penularan penyakit zoonosis kepada manusia. Interaksi terbesar manusia dengan satwa liar akan terjadi karena pengunjung sering kali memberi makan atau menyentuh satwa di dalam kandang atau berpotret bersama satwa yang ada.
Penyakit zoonosis yang dapat ditularkan oleh satwa liar tersebut tidaklah sedikit. Beberapa penyakit zoonosis yang paling umum menyerang satwa liar di antaranya tuberkulosis, streptococcosis, salmonellosis, rabies, leptospirosis, toksoplasmosis, psittaccosis, taeniasis, dipilidiasis, herpes-B, dan hepatitis. Beberapa penyakit itu pernah dilaporkan menyerang satwa liar yang ada di Indonesia.

Mengapa bisa sampai ke manusia?
Banyak faktor dapat memicu penyakit hinggap pada hewan, bahkan satwa liar yang bebas di alam sekalipun, apalagi dalam kondisi terkurung. Penyakit dapat menyerang terutama pada kondisi satwa yang lemah, stres, lingkungan yang kotor, serta perawatan satwa yang kurang baik.
Ada beberapa metode berbeda untuk mengetahui penularan penyakit zoonosis dari satwa kepada manusia. Pada beberapa kasus, penyakit zoonosis ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi dan pada kasus lain dapat dijumpai penularan melalui air minum yang mengandung telur dari parasit yang zoonosis–biasanya pada kasus yang berhubungan dengan cacing pita (taeniasis).
Cara penularan yang lain dapat melalui vektor insekta (serangga), contohnya melalui tungau (flea) atau kutu (tick) yang termakan oleh hewan yang terinfeksi kemudian termakan oleh manusia. Pada prosesnya, serangga tersebut mentransfer organisme infeksius.
Penyakit zoonosis tersebut sering berakibat fatal, baik bagi hewan, satwa itu, maupun bagi manusia. Namun, kita sering tidak mengetahui bahaya yang mengancam apabila terserang penyakit karena terkadang kurang awas dan tidak tahu. Sering kali kita baru menyadari setelah dilakukan pemeriksaan lengkap, seperti halnya pada kasus toksoplasmosis. Penyakit ini tidak cukup hanya didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang muncul, tapi baru dapat dipastikan setelah dilakukan pemeriksaan darah dengan metode yang tepat.
Hewan dan manusia memang sebaiknya tidak hidup berdampingan, terkecuali kita sudah memastikan bahwa hewan tersebut dalam status sehat. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah penyakit zoonosis ini, di antaranya dengan vaksinasi, pemeliharaan yang benar, dan lingkungan hewan itu yang harus selalu terjaga kebersihannya. Untuk satwa liar yang sudah keluar dari habitatnya, seperti di kebun binatang, sebaiknya faktor manusia sebagai pengunjung harus lebih berhati-hati dan tidak gegabah untuk bersentuhan dengan satwa yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Penyakit Gila Anjing atau dikenal dengan nama Rabies merupakan suatu penyakit infeksi akut pada susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh Virus Rabies yang bersifat Zoonosis, dengan penularan kepada manusia melalui gigitan anjing,kucing dan kera. Penyakit ini bila sudah menunjukan gejala klinis baik pada hewan maupun pada manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga mengakibatkan rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena gigitan.
Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal. Penyakit in ditandai dengan disfungsi hebat susunan saraf dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Penyakit rabies disebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssa-virus , famili Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui secret yang terinfeksi pada gigitan binatang. Nama lain rabies ialah hydrophobia, la rage (Perancis), la rabbia (Italia), la rabia (Spanyol), die tollwut (Jerman) atau di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila
Rabies(penyakit anjing gila) adalah
penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera.
Penyakit Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang menular yang disebakan oleh virus dan dapat menyerang hewan berdarah panas dan manusia.
Pada hewan yang menderita Rabies, virus ditemukan dengan jumlah banyak pada air liurnya. Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui luka gigitan . Oleh karena itu bangsa Karnivora (anjing,kucing, serigala) adalah hewan yang paling utama sebagai penyebar Rabies.
Penyakit Rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan ditakuti karena bila telah menyerang manusia atau hewan akan selalu berakhir dengan kematian.

B. Etiologi
Virus rabies merupakan prototipe dari genus Lysa-virus dari famili Rhabdoviridae. Dari genus ada 11 jenis virus yang secara antigenik mirip virus rabies dan menginfeksi manusia adalah virus rabies, Mokola, Duvenhage dan European bat lyssa-virus. Virus rabies termasuk golongan virus RNA. Virus berbentuk peluru dengan ukuran 180 x 75 nm, single stranded RNA, terdiri dari kombinasi nukleo-protein yang berbentuk koil heliks yang tersusun dari fosfoprotein dan polimerasi RNA. Selubung virus terdiri dari lipid, protein matriks dan glikoprotein. Glikoprotein berperan dalam proses melekatnya virus pada sel yang rentan, serta mengandung antigen yang membentuk serum neutralizing antibodi yang memberikan proteksi terhadap virus rabies. Selain itu, spesifisitas antigenik virus itu sendiri juga berlokasi di glikoprotein tersebut. Ini berarti bahwa perbedaan antigen antara virus rabies klasik dan rabies related virus berasosiasi dengan spikesnya. Virus rabies inaktif pada pemanasan dengan temperature 56 derajat celcius waktu paruh kurang dari menit, dan pada kondisi lembab pada temperature 37 derajat celcius dapat bertahan beberapa jam. Virus juga akan mati dengan deterjen, sabun, etanol 45 %, solusi jodium. Virus rabies dan virus lain yang sekeluarga dengan rabies diklasifikasikan menjadi 6 genotipe. Rabies merupakan genotipe 1, Mokola genotipe 3, Duvenhage genotipe 4, dan European bat lyssa-virus genotipe 5 dan 6.
Virus rabies
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah.
Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.
Meskipun sangat jarang trjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar. Telah dilaporkan 2 kasus yang terjadi pada penjelajah yang menghirup udara di dalam goa dimana banyak terdapat kelelawar.

C. Transmisi
Infeksi terjadi biasanya melalui kontak dengan binatang seperti anjing, kucing, kera, serigala, kelelawar, dan ditularkan pada manusia melalui gigitan binatang atau kontak virus (saliva binatang) dengan luka pada host ataupun melalui membrane mukosa. Kulit yang utuh merupakan barier pertahanan terhadap infeksi. Transmisi dari manusia ke manusia belum pernah dilaporkan. Infeksi rabies pada manusia terjadi dengan masuknya virus lewat luka pada kulit (garukan, lecet, luka robek) atau mukosa. Paling sering infeksi terjadi melalui gigitan anjing, tetapi bisa juga melalui gigitan kucing, kera, atau binatang lainnya yang terinfeksi (serigala, musang, kelelawar). Cara infeksi yang lain adalah melalui inhalasi dimana dilaporkan terjadinya infeksi rabies pada orang yang mengunjungi gua kelelawar tanpa ada gigitan. Dapat pula kontak virus rabies pada kecelakaan kerja di laboratorium, atau akibat vaksinasi dari virus rabies yang masih hidup. Terjangkitnya infeksi rabies juga dilaporkan pada tindakan transplantasi kornea dari donor yang mungkin terinfeksi rabies.

D. Patogenesis dan Patofisiologi
Setelah virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia, selama 2 minggu virus menetap pada tempat masuk dan di jaringan otot di dekatnya virus berkembang biak atau langsung mencapai ujung-ujung serabut saraf perifer tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Selubung virus menjadi satu dengan membran plasma dan protein ribonukleus dan memasuki sitoplasma. Beberapa tempat pengikatan adalah reseptor asetil-kolin post-sinaptik pada neuromuscular junction di susunan saraf pusat (SPP). Dari saraf perifer virus menyebar secara sentripetal melalui endoneurium sel-sel Schwan dan melalui aliran aksoplasma mencapai ganglion dorsalis dalam waktu 60-72 jam dan berkembang biak. Selanjutnya virus akan menyebar dengan kecepatan 3 mm/jam ke susunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak) melalui cairan serebrospinal. Di otak virus menyebar secara luas dan memperbanyak diri dalam semua bagian neuron, kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Penyebaran selanjutnya dari SSP ke saraf perifer termasuk serabut saraf otonom, otot skeletal, otot jantung, kelenjar adrenal (medulla), medulla, ginjal, mata, pankreas. Pada tahap berikutnya virus akan terdapat pada kelenjar ludah, kelenjar lakrimalis, sistem respirasi. Virus juga tersebar pada air susu dan urin. Pada manusia hanya dijumpai kelainan pada midbrain dan medulla spinalis pada rabies tipe furious (buas) dan pada medulla spinalis pada tipe paralitik. Perubahan patologi berupa degenerasi sel ganglion, infiltrasi sel mononuclear dan perivaskuler, neuronofagia, dan pembentukan nodul pada glia pada otak dan medula spinalis.

E. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala awal berupa demam, malaise umum, mual dan rasa nyeri di tengah tenggorok selama beberapa hari, selain itu pasien juga merasa nyeri, rasa panas disertai semutan pada tempat luka. Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik atau yang dinamakan stimulus-sensitive myoclonus. Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala-gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi.
Masa inkubasi rabies 95% antara 3-4 bulan, masa inkubasi bisa bervariasi antara 7 hari-7 tahun, hanya 1% kasus dengan inkubasi 1-7 tahun. Karena lamanya inkubasi kadang-kadang pasien tidak dapat mengingat kapan terjadinya gigitan. Pada anak-anak masa inkubasi biasanya lebih pendek daripada orang dewasa. Lamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya luka gigitan, lokasi luka gigitan (jauh dekatnya ke system saraf pusat), derajat patogenitas virus dan persarafan daerah luka gigitan. Luka pada kepala inkubasi 25-48 hari, dan pada ekstremitas 46-78 hari.
Pada manusia secara teoritis gejala klinis terdiri dari 4 stadium yang dalam keadaan sebenarnya sulit dipisahkan satu dari yang lainnya, yaitu: gejala prodromal non-spesifik, ensefalitis akut, disfungsi batang otak, koma dan kematian.
a. Stadium Prodormal
Berlangsung 1-4 hari dan biasanya tidak didapatkan gejala spesifik. Umumnya disertai gejala respirasi atau abdominal yang ditandai oleh demam, menggigil, batuk, nyeri menelan, nyeri perut, sakit kepala, malaise, mialgia, mual, muntah, diare dan nafsu makan menurun. Gejala yang lebih spesifik yaitu adanya gatal dan parestesia pada luka bekas gigitan yang sudah sembuh (50%). Stadium ini dapat berlangsung sampai 10 hari, kemudian penyakit akan memasuki gejala neurologik akut yang dapat berupa furious atau paralitik. Mioedema dijumpai pada stadium prodormal dan menetap selama perjalanan penyakit ¹.
b. Stadium Neurologi Akut
Berupa gejala furious atau paralitik. Pada gejala furious penderita menjadi hiperaktif, disorientasi, mengalami halusinasi, atau bertingkah laku aneh. Setelah beberapa jam-hari gejala hiperaktif menjadi intermiten setiap 1-5 menit berupa periode agitasi, ingin lari, menggigit diselingi periode tenang. Keadaan hiperaktif terjadi karena rangsangan dari luar seperti suara, cahaya, tiupan udara dan rangsangan lainnya yang menimbulkan kejang sehingga timbul bermacam-macam fobia terhadap berbagai macam rangsangan tersebut Tanda-tanda klinis lain dapat berupa hiperaktifitas, halusinasi, gangguan kepribadian, meningismus, lesi saraf kranialis, fasikulasi otot dan gerakan-gerakan involunter, fluktuasi suhu badan, dilatasi pupil ¹.
c. Stadium Koma
Apabila tidak terjadi kematian pada stadium neurologik, penderita dapat mengalami koma. Koma dapat terjadi dalam 10 hari setelah gejala rabies tampak dan dapat berlangsung hanya beberapa jam sampai berbulan-bulan tergantung dari penanganan intensif. Pada penderita yang tidak ditangani, penderita dapat segera meninggal setelah terjadi koma
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala atau tempat yang tertutup celana pendek atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.
Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur.
Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebankan rasa sakit luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
Sesudah
masa tunas / inkubasi selama 10 hari sampai dengan 7 bulan, orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dengan gejala-gejala sebagai berikut :
· Diawali dengan
demam ringan atau sedang, sakit kepala, tak nafsu makan, lemah, mual, muntah dan perasaan yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (anjing/binatang liar tsb).
· Gejala di atas kemudian dengan cepat diikuti
hiperestesi dan hipereksitasi mental serta neuromuskular, diikuti dengan kaku kuduk dan kejang-kejang otot-otot yang berfungsi dalam proses menelan dan pernafasan. Sedikit rangsangan berupa cahaya, suara, bau ataupun sedikit cairan dapat menimbulkan reflex kejang-kejang tersebut.
· Keadaan tersebut selanjutnya berkembang menjadi kekejangan umum dan kematianpun umumnya terjadi pada tahap ini.
Tanda-Tanda Penyakit Rabies Pada Hewan Dan Manusia
Pada anjing dan kucing, penyakit Rabies dibedakan menjadi 2 bentuk , yaitu bentuk diam (Dumb Rabies) dan bentuk ganas (Furious Rabies).
1. Tanda - tanda Rabies bentuk diam :
· Terjadi kelumpuhan pada seluruh bagian tubuh.
· Hewan tidak dapat mengunyah dan menelan makanan, rahang bawah tidak dapat dikatupkan dan air liur menetes berlebihan.
· Tidak ada keinginan menyerang atau mengigit. Hewan akan mati dalam beberapa jam.
2. Tanda-tanda Rabies bentuk ganas:
· Hewan menjadi agresif dan tidak lagi mengenal pemiliknya.
· Menyerang orang, hewan, dan benda-benda yang bergerak.
· Bila berdiri sikapnya kaku, ekor dilipat diantara kedua paha belakangnya .
· Anak anjing menjadi lebih lincah dan suka bermain , tetapi akan menggigit bila dipegang dan akan menjadi ganas dalam beberapa jam.
Tanda-Tanda Rabies Pada Manusia :
· Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan suara.
· Airmata dan air liur keluar berlebihan .
· Pupil mata membesar.
· Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan.
· Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal dunia.


F. Diagnosis
Virus rabies dapat disimpan pada suhu -20˚C (freezer) dalam bentuk otak mencit segar yang direndam dalam Dulbecco’s modified eagle medium (DMEM) yang mengandung 2% foetal bovine serum (FBS) serta dalam bentuk supernatan. Tersedianya control virus positif rabies galur CVS, pemeriksaan dengan metode FAT harus dilakukan seakurat mungkin dengan memperhatikan prosedur kerja yang benar yaitu tekhnik pembuatan ulas, pencucian, pemakaian kontrol virus rabies positif dan kontrol rabies negative.

G. Penanganan dan Pengobatan

Tindakan Terhadap Hewan Yang Menggigit
Anjing, kucing dan kera yang menggigit manusia atau hewan lainnya harus dicurigai menderita Rabies. Terhadap hewan tersebut harus diambil tindakan sebagai berikut :
a. Bila hewan tersebut adalah hewan peliharaan atau ada pemiliknya , maka hewan tersebut harus ditangkap dan diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi selama 14 hari. Bila hasil observasi negatif Rabies maka hewan tersebut harus mendapat vaksinasi Rabies sebelum diserahkan kembali kepada pemiliknya.
b. Bila hewan yang menggigit adalah hewan liar (tidak ada pemiliknya) maka hewan tersebut harus diusahakan ditangkap hidup dan diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi dan setelah masa observasi selesai hewan tersebut dapat dimusnahkan atau dipelihara oleh orang yang berkenan , setelah terlebih dahulu diberi vaksinasi Rabies.
c. Bila hewan yang menggigit sulit ditangkap dan terpaksa harus dibunuh, maka kepala hewan tersebut harus diambil dan segera diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Tindakan Terhadap Orang Yang Digigit (Korban)
a. Segera cuci luka gigitan dengan air bersih dan sabun atau detergen selama 5 - 10 menit kemudian bilas dengan air yang mengalir , lalu keringkan dengan kain bersih atau kertas tissue.
b. Luka kemudian diberi obat luka yang tersedia (misalnya obat merah) lalu dibalut longgar dengan pembalut yang bersih.
c. Penderita atau korban secepatnya dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Tindakan Terhadap Anjing , Kucing, atau Kera Yang Dipelihara
a. Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya.
b. Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek.
c. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan.

Pemberian vaksin anti rabies (VAR) atau VAR disertai dengan serum anti rabies (SAR) harus didasarkan atas tindakan tajam dengan mempertimbangkan hasil-hasil penemuan di bawah ini:
a. Anamnesis:- kontak/jilatan/gigitan - kejadian di daerah tertular/terancam/bebas - didahului tindakan provokatif/tidak - hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies - hewan yang menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies - penderita luka gigitan pernah di VAR, kapan ? - hewan yang menggigit pernah di VAR, kapan ?
b. Pemeriksaan fisik:- identifikasi luka gigitan (status lokalis)
c. Lain-lain: - temuan pada waktu observasi hewan - hasil pemeriksaan spesimen dari hewan - petunjuk WHO

Jika ada indikasi pengobatan Pasteur, terhadap luka resiko rendah diberi VAR saja. Yang termasuk luka tidak berbahaya adalah jilatan pada kulit luka, garukan atau lecet (erosi atau ekskoriasi), luka kecil di sekitar tangan, badan dan kaki. Terhadap luka resiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR. Yang termasuk luka berbahaya adalah jilatan atau luka pada mukosa, luka di atas daerah bahu (muka, kepala, leher), luka pada jari tangan atau kaki, genetalia, luka yang lebar atau dalam dan luka yang banyak (multipel)
Untuk kontak (dengan air liur atau saliva hewan tersangka atau hewan rabies atau penderita rabies) tapi tidak ada luka, kontak tak langsung, tidak ada kontak, tidak perlu diberikan pengobatan. Kontak dengan air liur pada kulit luka yang tidak berbahaya, diberikan VAR. Sementara untuk kulit dengan luka berbahaya diberikan VAR dan SAR.
Sementara itu, perawatan rabies pada manusia bisa dilakukan, antara lain:
a. Penderita dirujuk ke Rumah Sakit
b. Sebelum dirujuk, penderita di infus dengan cairan Ringer Laktat (NACl 0,9%) atau cairan infus lainnya, jika perlu diberikan anti konvulsan dan sebaiknya penderita difiksasi selama perjalanan. Waspada terhadap tindak-tanduk penderita yang tidak rasional, kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif.
c. Di rumah sakit, penderita harus dirawat di ruang isolasi.
d. Tindakan medik dan pemberian obat-obat simptomatis dan supportif termasuk anti biotik bila diperlukan.
e. Untuk menghindari adanya kemungkinan penularan dari penderita, sewaktu menangani kasus rabies pada manusia, dokter, paramedis, anggota keluarga memakai sarung tangan, kaca mata dan masker, serta sebaiknya dilakukan fiksasi penderita pada tempat tidur.

Jadi, virus rabies dapat ditangkal dengan melakukan vaksinasi seperti vaksin Rab Avert. Pada manusia, vaksin ini rutin diberikan kepada orang-orang yang pekerjaannya beresiko tinggi seperti dokter hewan, pawang binatang, peneliti khusus hewan dan lainnya. Orang yang akan bepergian ke daerah-daerah yang dianggap beresiko tinggi dianjurkan untuk mendapat vaksin ini sebelum bepergian. Untuk orang yang tiba-tiba digigit atau dicakar hewan pembawa virus rabies ini akan mendapat serangkaian vaksinasi Human Deploid Cell dan Human Rabies Immune Globulin.
Karena anjing, kucing dan musang dan terinfeksi virus rabies, hal terpenting adalah mencegah kuman rabies masuk ke dalam tubuh dengan memberikan vaksinasi kepada hewan-hewan peliharaan yang tinggal bersama kita. Kita juga harus melaporkan hewan-hewan liar yang berkeliaran di sekitar lingkungan rumah kepada pihak yang berwenang. Untuk itu, jangan sembarangan membiarkan anak anda untuk menyentuh, membelai-belai atau memberi makan hewan yang ditemuinya di jalan.
Jika seorang anak tergigit hewan, cepat cuci area yang terluka dengan sabun dan air selama sepuluh menit dan tutup lukanya dengan plester. Lalu pergi ke dokter terdekat untuk mengetahui apakah terkena infeksi rabies atau tidak. Hal lain yang dapat dilakukan adalah memberitahukan pihak yang berwenang mengurus hewan-hewan liar, untuk menangkapnya agar dilakukan pemeriksaan terhadap hewan itu, apakah membawa virus rabies atau tidak.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan dan pemberantasan rabies adalah:
a. Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus didaftarkan ke Kantor Kepala Desa atau Kelurahan atau Petugas Dinas Peternakan setempat.
b. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter.
c. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus menggunakan berangus (beronsong).
d. Pemilik anjing wajib untuk menvaksinasi rabies.
e. Anjing liar atau anjing yang diliarkan harus segera dilaporkan kepada petugas Dinas Peternakan atau Pos Kesehatan Hewan untuk diberantas / dimusnahkan.
f. Kurangi sumber makanan di tempat terbuka Untuk mengurangi anjing liar atau anjing yang diliarkan.
g. Daerah yang terbebas dari penyakit rabies, harus mencegah masuknya anjing, kucing, kera dan hewan sejenisnya dari daerah tertular rabies.
h. Masyarakat harus waspada terhadap anjing yang diliarkan dan segera melaporkannya kepada Petugas Dinas Peternakan atau Posko Rabies.


Biasanya, binatang pembawa rabies akan mempunyai gejala, seperti hewan menjadi garang atau ganas (furious rabies) atau hewan menjadi tenang (dum rabies ). Penanganannya:
a. Hewan yang telah menggigit manusia harus diusahakan tertangkap dan jangan dibunuh, laporkan kepada petugas Dinas Peternakan, Pos Kesehatan Hewan atau diserahkan langsung kepada Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan observasi selama 14 hari.
b. Hewan yang telah menggigit manusia dan tertangkap tetapi terpaksa dibunuh atau mati, kepalanya harus diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat sebagai bahan pemeriksaan laboratorium.
Ada juga beberapa tips yang bisa dilakukan, jika kita terkena gigitan hewan:
a. Kompres dengan es
Gigitan nyamuk bisa dirawat dengan kompres es, menurut seorang dokter. Ia mengatakan, es mengurangi bengkak yang terjadi dan menghilangkan rasa sakit dan gatal. Ia menyarankan mengompres gigitan itu selama 20 menit setiap beberapa jam. Saran yang sama juga berlaku bagi gigitan laba-laba yang tidak beracun, yang juga bisa menyebabkan gatal.
b. Coba cara klasik
Waktu kecil, biasanya ibu anda menggunakan cairan kalamin untuk menyembuhkan gatal akibat gigitan nyamuk. Obat ini itu banyak dijual di toko
dan lebih ekonomis dibanding hidrokortison.
c. Obat anti histamin
Obat umum yang mengandung anti histamin juga bisa mengobati bekas gigitan yang gatal, karena gatal adalah reaksi alergi ringan. Anti histamin yang merupakan obat anti alergi ini tentu saja tidak boleh digunakan orang yang sensitif, wanita hamil, orang yang alergi pada bahan obat ini, atau orang yang obatnya bertentangan dengan obat ini. Tanyalah dokter atau apoteker terlebih dahulu bila anda tidak yakin.
d. Kenali tanda-tanda reaksi parah
Gigitan laba-laba beracun bisa menyebabkan reaksi alergi yang parah, sehingga anda perlu hati-hati mengenali reaksi alerginya sebelum terlambat. Tanda-tanda anafilaksis atau reaksi alergi yang parah ialah: sulit bernafas, bentol-bentol di seluruh badan, dan kehilangan kesadaran. Orang yang mengalami tanda-tanda ini harus secepatnya dibawa ke rumah sakit. Dokter biasanya merawat pasien anafilaksis dengan menggunakan steroid, adrenalin, dan antihistamin.
e. Jangan panik bila tergigit kutu busuk
Penyakit 'lyme' yang diakibatkan oleh kutu busuk dan bisa menyebabkan demam, kedinginan, sakit kepala, dan komplikasi lain baru-baru ini mendapatkan banyak perhatian. Tetapi tidak semua kutu busuk mengakibatkan penyakit ini dan tidak semua kutu busuk yang mengakibatkan lyme akan menularkannya kepada anda bila tergigit. Biasanya, seekor kutu busuk harus berada di kulit selama 24 sampai 48 jam agar bisa memindahkan organisme yang menyebabkan penyakit lyme itu. Sebaiknya anda memeriksa diri setiap hari bila anda berada di tempat yang mungkin didiami kutu-busuk. Jika anda mengambil kutu ini dari kulit anda (dengan menggunakan petunjuk berikut), anda disarankan mengawetkannya di botol kecil berisi alkohol, sehingga bila infeksi yang mencurigakan berkembang, kutu itu bisa diteliti terhadap kemungkinan membawa penyakit lyme. Anda tidak perlu menemui dokter kecuali menderita bengkak atau merah-merah di sekitar gigitan (tanda infeksi), gatal-gatal berbentuk lingkaran (biasanya gejala penyakit lyme ), demam, atau gatal-gatal pada kulit.
f. Ambil kutu busuk dengan hati-hati
Untuk mengambil kutu busuk dari kulit anda, jepit bagian mulut serangga ini dengan jepitan sedekat mungkin ke kulit anda, lalu pelan-pelan angkat lurus ke atas. Jangan mencoba menjepit bagian badan atau kepala, karena bagian ini bisa putus dan mulutnya tertinggal di bawah kulit anda. Gunakan penjepit tadi untuk menghilangkan bagian-bagian lain dari kutu itu lalu sapukan antiseptik, seperti alkohol atau salep antibiotik, ke bekas gigitan.
g. Hentikan perdarahan
Jika gigitan binatang menyebabkan perdarahan hebat, tekan daerah itu dengan telapak tangan. Jika lukanya besar, ikatkan sapu tangan, handuk, atau t-shirt erat-erat di sekitar daerah luka untuk memberi tekanan pada daerah tersebut (tidak terlalu erat sehingga menghalangi sirkulasi). Jangan gerakkan daerah tersebut. Bila gigitan itu terdapat pada bagian kaki, angkat kaki sehingga berada di atas lokasi jantung. Temui dokter secepatnya.
Jangan merawat lubang gigitan seperti sebuah goresan. Sebuah gigitan yang meninggalkan goresan tetapi tidak menembus kulit bisa langsung dicuci dengan sabun dan air, lalu diolesi dengan krim antibiotik atau salep. Tidak demikian untuk gigitan yang menembus atau melubangi kulit. Jenis ini memerlukan perawatan dokter. Anda perlu melihat apakah binatang itu sakit atau tidak. Perhatikan binatang itu. Pada binatang liar, jika ia diam saja (misalnya anda bisa mendekati seekor tupai dan memberinya makanan), maka pasti ada sesuatu pada binatang itu. Binatang itu sakit. Anda bisa menghubungi dokter atau dokter hewan untuk memastikan apakah ada wabah rabies pada binatang rumah atau liar di daerah anda.
h. Dapatkan suntikan anti tetanus
Jika anda tergigit binatang liar atau binatang peliharaan dan gigitan itu menembus kulit, anda disarankan menemui dokter untuk mengetahui apakah anda perlu suntikan anti tetanus atau tidak (biasanya tergantung pada jenis luka dan waktu suntikan tetanus terakhir anda). Gigitan hewan dan manusia mudah sekali terinfeksi karena semua makhluk ini memiliki banyak bakteri yang hidup di mulutnya. Juga perlu diperhatikan tanda-tanda infeksi, seperti bengkak dan warna merah.
i. Jangan tergigit
Mungkin jalan terbaik untuk merawat gigitan adalah, sebelum tergigit, hindari binatang liar walaupun mendekat pada anda dan jangan menyentuh ular, laba-laba, lebah dan apapun yang kelihatannya membahayakan. Kebanyakan binatang dan serangga tidak akan menyerang jika tidak diganggu. Binatang yang kelihatannya jinak pun, seperti tupai, bisa membawa kutu yang menimbulkan penyakit. Obat anti serangga juga bisa menghindarkan anda dari
gigitan bila anda lama berada di luar rumah.
j. Kenali fauna di daerah anda
Kenali fauna yang hidup di daerah anda, sehingga anda tahu apa yang perlu dihindari. Misalnya, anda hidup di daerah yang terdapat wabah rabies pada binatang peliharaan. Juga, anda perlu tahu apakah ada ular, laba-laba beracun maupun kalajengking yang hidup di sekitar anda.

Himbuan Kepada Masyarakat
Bantulah Petugas Dinas Peternakan dalam menekan jumlah anjing/kucing liar atau yang tidak bertuan dilingkungan/tempat tinggal masing-masing.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Penyakit zoonosis yang dapat ditularkan oleh satwa liar tersebut tidaklah sedikit. Beberapa penyakit zoonosis yang paling umum menyerang satwa liar di antaranya tuberkulosis, streptococcosis, salmonellosis, rabies, leptospirosis, toksoplasmosis, psittaccosis, taeniasis, dipilidiasis, herpes-B, dan hepatitis.
2. Penyakit Gila Anjing atau dikenal dengan nama Rabies merupakan suatu penyakit infeksi akut pada susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh Virus Rabies yang bersifat Zoonosis, dengan penularan kepada manusia melalui gigitan anjing,kucing dan kera.
3. Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
4. Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala atau tempat yang tertutup celana pendek atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.
5. Perjalanan penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase (tahap):
a. Fase Prodormal
b. Fase Eksitasi
c. Fase Paralisa
6. Bila seseorang menderita rabies tindakan yang pertama kali adalah :
· Mencari luka gigitan secepatnya dengan sabun atau deterjen selama 10-15 menit.
· Kemudian luka dicuci dengan air bersih dan diberi alcohol 70% atau yodium tincture.
· Penderita segera di bawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekatDAFTAR PUSTAKA



http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/03/28/nrs,20040328-02,id.html

http://www.anjingkita.com/wmview.php?ArtID=754

http://portalkomunikasi.jabarprov.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=197&Itemid=1

http://www.geocities.com/mitra_sejati_2000/rabies.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Rabies

http://209.85.175.104/search?q=cache:LRCI4dOc4yoJ:fkuii.org/tiki-download_wiki_attachment.php%3FattId%3D1207%26page%3DTriana%2520Amalia+definisi+rabies&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id

Tidak ada komentar: